Pada malam aku bercerita. Tentang rasa yang masih tetap
sama.
Aku jatuh cinta pada sosok yang ada disana , yang aku tidak
tau pasti warna bola matanya. Mungkin hitam mungkin juga coklat muda. Ini seni
hidup. Dimana semua rasa dan semesta itu adalah sinkronisitas. Cinta dan
penyakit bahkan tegak pada satu garis yang sama.Pada malam aku bercerita.
Tentang rasa yang masih tetap sama.
Aku jatuh cinta pada sosok yang ada disana , yang aku tidak
tau pasti warna bola matanya. Mungkin hitam mungkin juga coklat muda. Ini seni
hidup. Dimana semua rasa dan semesta itu adalah sinkronisitas. Cinta dan
penyakit bahkan tegak pada satu garis yang sama. Mimpi dan tawa tertulis dalam
warna tinta yang berbeda.
Aku pernah mendengar bagaimana suatu makhluk bernama manusia
itu lahir pertama kali di dunia. Sebenernya ketika manusia lahir tanpa bahasa.
Dan dia tercipta dalam satu bahasa yang sama dengan alam semesta. Namun ketika
beranjak dewasa mereka mulai merasakan perasaan benci , cinta , dendam , senang
, sedih , yang meluputkan semua isyarat yang semestinya. Dan ketika alam
semesta ingin berbicara pada manusia. Manusia lupa membaca pertanda. Hingga
menyalahkan alam semesta yang tag mendengarnya. Sebenarnya alam semesta yang
tuli apa kita yang buta dan bisu ??
Dan lihatlah malam ini , bintang begitu terang. Andai setiap
malam ku lewati dengan taburan ribuan bintang. Akan aku lalui semua malam
dengan semua kisah yang indah. Kisah yang ku tulis tentang hidupku. Tentang
cinta-cinta yang mengelilingiku. Tentang dendam ku dengan waktu. Tentang iriku
dengan rindu.
Aku tidak pernah sedikitpun meminta waktu percaya padaku.
Namun ketika pintu pintu itu sudah terlalu lama ku gedor. Tapi tetap saja bisu.
Aku menunggu. Aku sudah terlalu rindu. Dan aku mungkin lelah menunggu. Jariku
juga mungkin sudah tidak selincah dulu. Menulis kata kata yang tidak pernah aku
ucapkan sebelumnya. Kalimat kalimat yang keluar begitu saja. Ini tuangan
inspirasi. Ini kata hati. Dan ini juga sedu malam ini.
Menulis rasa dalam kesinambungan asa. Mengais arti yang
lebih bermakna dari biasanya. kamu pernah melihat asaku ??
Kamu pernah melihat bentuk awan ?
Kamu pernah ?
Aku tidak !
Aku yakin nyata dan maya adalah dua sisi yang berbeda. Nyata
adalah ruang dimana semuanya mampu mendengarku dan menjawabku. Sedangkan maya
adalah bayang rindu dan hanya bias diriku yang menjawabnya. Tapi sejak aku
mengenalmu aku tau ternyata tidak semudah itu aku membedakannya. Karna aku
mencintaimu dengan kenyataan yang ada , sedang kamu masih maya. Dan itu dalam
batas yang sama.
Seandainya aku punya kekuatan mengendalikan semua. Aku mau
ketika aku membuka mata. Aku mendengar suara fajar menyanyi bersama kenari dan
melody cemara. Berbisik untuk membangunkanku. Membuka mataku dengan aroma basah
pagi terbakar matahari. Dan ketika mataku benar benar terbuka semua sudut
kamarku telah bersih rapi di letaknya semula. Lalu ketika aku menyisir rambutku
tidak akan ada yang nampak aneh lagi. Tapi itu semua di luar kekuatanku. Dan
aku tidak mungkin memilikinya.
Iya , bau basah cemara yang terbakar matahari. Tanpa bau
yang menyengat kebusukan dari kesakitanku!
Bagaimana jika nanti kamu bener-bener pergi dari ku ?
Bagaima jika memnag ini hanya bualanku ?
Bagaimana jika memnag hatus aku lalui semua dendam dan rindu
ini tanpamu ?
Aku terlalu merindukanmu dengan semua yang ada padamu dengan
semua yang kamu miliki. Jika awan tak berbentuk pada malam hari. Aku juga tidak
yakin di siang hari pun aku mampu mengenali kelabuhannya. Bahkan saat ia
sengaja membentuk wajahmu. Wajahmu yang tak pernah ku sentuh. Binar matamu dan
lekuk alis mu sama persis. Aku tidak berani memandanganya meski kenyataannya
aku terpaku untuk beberapa saat.
Ini firasat…..!
Alam pun tau aku tengah merindukanmu. Coretanku masih tetap
sama tidak bermakna. Tidak dengan semua yang ada dalam otakku. Kertas kertas
ini tidak cukup.
Bahkan hanya untuk menorehkan satu perasaanku. Satu saja.
Perasaan sayang untuk kamu. Kamu seseorang yang hanya mampu ku gapai bayangmu
saja. Seseorang yang ku dengar namun tanganku tetap tak mampu mengejar. Dan aku
terjatuh dalam kekecewaan air mata. Bahwa kau terlalu sayang. Aku pun begitu
pula.
Sayang , aku ingin mengucapkan sejuta rasa yang terpendam
selama ini. Selama aku tak mampu meraih tanganmu. Dan mengisi sela-sela
jemariku dengan jemariku. Sungguh , aku merindumu di setiap kekalutanku. Aku
tidak tau bagaimana membuat huruf-huruf dalam monitirku ini berhenti pada satu
tanda titik saja. Tapi jemariku memaksanya untuk terus maju sepanjang kereta
api. Aku juga takut saat ini berhenti aku lupa mengulangnya kembali. Mengulang
kata yang mengisyaratkan semua isi hati….ku. J 1:15 8//2/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar